Kamis, 27 Juli 2017

PT United Tractors Tbk (“Perusahaan”) membukukan laba bersih sebesar Rp29,4 triliun selama paruh pertama 2017, meningkat 30% dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Peningkatan laba bersih ini terutama disebabkan oleh peningkatan volume penjualan alat berat, produksi batubara dan pemindahan lapisan penutup, serta harga jual rata-rata batubara. Setiap unit bisnis, yaitu: Mesin Konstruksi, Penambangan, Penambangan, dan Industri Konstruksi masing-masing memberikan kontribusi 38%, 45%, 13% dan 4% terhadap total laba bersih konsolidasi.

Sejalan dengan peningkatan kinerja operasional yang disertai dengan margin pendapatan yang lebih baik, Perusahaan mencatat laba bersih selama semester pertama 2017 mencapai Rp3,4 triliun, meningkat 85% jika dibandingkan dengan laba bersih pada semester pertama 2016 sebesar Rp1. 9 triliun.

Segmen Usaha Mesin Konstruksi

Segmen bisnis Mesin Konstruksi mencatat peningkatan penjualan alat berat Komatsu sebesar 69% menjadi 1.751 unit, dibandingkan dengan 1.036 unit pada semester pertama 2016. Peningkatan penjualan alat berat terutama didorong oleh peningkatan penjualan di sektor pertambangan. Dari total penjualan alat berat, 51% diserap oleh sektor pertambangan, 22% diserap oleh sektor konstruksi, 14% diserap oleh sektor perkebunan, dan 13% sisanya diserap oleh sektor kehutanan. Komatsu mampu mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar alat berat, dengan pangsa pasar domestik sebesar 37% (berdasarkan riset pasar internal). Penjualan produk merek lain, yaitu UD Trucks, meningkat dari 217 unit menjadi 276 unit, sementara penjualan truk dan bus Scania meningkat dari 246 unit menjadi 553 unit. Di sisi lain, penjualan suku cadang dan layanan pemeliharaan alat berat meningkat 16% menjadi Rp3,2 triliun. Secara total, pendapatan bersih dari segmen bisnis Mesin Konstruksi mencatat peningkatan 63% menjadi Rp11,2 triliun.

Segmen Usaha Kontraktor Penambangan

Sektor bisnis Kontraktor Penambangan yang dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA) mencatat kenaikan laba bersih 15% menjadi Rp13,3 triliun. PAMA mencatat peningkatan volume produksi batubara dari 50,2 juta ton menjadi 52,0 juta ton, sementara volume pemindahan lapisan penutup meningkat dari 341,1 juta bcm menjadi 360,4 juta bcm.

Segmen Bisnis Penambangan

Bisnis pertambangan dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung. Total penjualan batubara hingga semester pertama 2017 mencapai 3,6 juta ton, turun 18% dari 4,5 juta ton pada periode yang sama pada 2016. Penurunan penjualan batubara disebabkan oleh penurunan volume dari bisnis perdagangan batubara. Namun, kenaikan harga jual rata-rata batubara membuat pendapatan unit bisnis Penambangan mencatat kenaikan 24% dalam laba bersih menjadi Rp4,0 triliun.

Segmen Usaha Industri Konstruksi

Bisnis Industri Konstruksi dijalankan melalui PT Acset Indonusa Tbk (ACSET). Hingga semester pertama 2017, ACSET membukukan laba bersih Rp1,0 triliun, meningkat 8% dari sebelumnya Rp944 miliar pada periode yang sama 2016. Sementara itu, laba bersih naik 95% menjadi Rp64 miliar. Nilai kontrak baru yang diperoleh hingga Juni 2017 mencapai Rp 7,1 triliun dibandingkan dengan Rp 2,4 triliun pada periode yang sama pada 2016. Peningkatan signifikan dalam kontrak baru diperoleh dari beberapa kontrak strategis di sektor infrastruktur, termasuk kontrak Jalan Tol Jakarta-Layang. Cikampek II, Jalan Tol Bakauheni-Sidomulyo, dan Jalan Tol JORR II Kunciran-Serpong.

Pada bulan Maret 2017, Bhumi Jati Power (BJP), yang 25% dimiliki oleh anak perusahaan Perusahaan, mencapai kesepakatan mengenai perjanjian pendanaan proyek dengan kreditor (penutupan keuangan). BJP akan mengembangkan dan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga uap 2×1.000 MW di Jepara, Jawa Tengah. Saat ini, proyek BOT (bangun, operasikan, dan transfer) sedang dalam konstruksi dan diharapkan akan mulai beroperasi secara komersial pada 2021. Bhumi Jati Power adalah perusahaan patungan antara anak perusahaan Perusahaan, Sumitomo Corporation dan Kansai Electric Power Co. Inc.

Pada bulan Maret 2017, Perusahaan melalui anak perusahaannya PT Tuah Turangga Agung, menyelesaikan akuisisi 80,1% kepemilikan PT Suprabari Mapanindo Mineral, sebuah perusahaan batubara kokas (batubara kalori tinggi yang biasa digunakan sebagai campuran dalam peleburan baja) yang berlokasi di Kalimantan Tengah . Konsesi saat ini sedang dalam proses mendukung pengembangan infrastruktur dan diharapkan mulai berproduksi pada akhir 2017.