Kamis, 30 Juli 2015

PT United Tractors Tbk (”UT”) pada hari ini mengumumkan bahwa kinerja operasional UT sepanjang semester pertama tahun 2015 mengalami penurunan, namun sebaliknya kinerja keuangan UT mengalami sedikit peningkatan.

Perseroan mencatat penurunan pendapatan bersih konsolidasian sebesar 9% menjadi Rp24,95 triliun pada semester pertama tahun 2015 dibandingkan Rp27,53 triliun pada periode yang sama tahun 2014. Adanya nilai tukar US Dollar yang menguntungkan membuat laba bersih Perseroan meningkat sebesar 4% mencapai Rp3,41 triliun dari Rp3,29 triliun.

Segmen usaha Mesin Konstruksi

Segmen usaha Mesin Konstruksi mencatat penurunan penjualan alat berat Komatsu sebesar 38% atau menjadi 1.375 unit, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, yaitu 2.207 unit. Penurunan tersebut terutama karena adanya perlambatan di seluruh sektor pengguna alat berat dan tertundanya proyek-proyek pembangunan konstruksi dan infrastruktur. Di sisi lain, penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat meningkat sebesar 8% atau mencapai Rp3,10 triliun didorong oleh kebutuhan para pelanggan untuk menjaga kondisi alat beratnya. Secara total, pendapatan bersih dari segmen usaha Mesin Konstruksi mencatat penurunan sebesar 14% menjadi Rp7,29 triliun.

Sampai bulan Juni 2015, penjualan Komatsu ke sektor konstruksi menyumbang sebesar 33% dari total volume penjualan, diikuti sektor pertambangan sebesar 32%, disusul sektor kehutanan sebesar 21%, dan sisanya sebesar 14% diserap sektor perkebunan. Komatsu mampu mempertahankan posisi sebagai market leader alat berat, dengan pangsa pasar domestik sebesar 38% (berdasarkan riset pasar internal). Penurunan aktivitas di sektor pertambangan juga menyebabkan penurunan penjualan UD Trucks, yang mengalami penurunan dari 94 unit menjadi 53 unit, sedangkan produk Scania juga mengalami penurunan volume dari 242 unit menjadi 188 unit.

Segmen usaha Kontraktor Penambangan

PT Pamapersada Nusantara (Pama), anak usaha UT di bidang Kontraktor Penambangan batu bara mencatat penurunan pendapatan sebesar 9% atau mencapai Rp14,74 triliun, dibandingkan Rp16,20 triliun pada periode yang sama tahun 2014. Hasil ini didapat karena adanya penurunan volume produksi batu bara yang turun dari 56,4 juta ton menjadi 51,6 juta ton yang disebabkan tingginya curah hujan pada triwulan pertama tahun 2015, disamping adanya penurunan volume pemindahan tanah (overburden removal) menjadi 372.3 juta bcm dari 403.9 juta bcm.

Segmen usaha Pertambangan

Anak perusahaan UT di bidang pertambangan dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung.  Penjualan batu bara pada semester pertama tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 18% mencapai 2,81 juta ton. Hal ini menyebabkan penurunan pendapatan dari unit usaha Pertambangan sebesar 18% menjadi Rp2,37 triliun dibandingkan Rp2,89 triliun pada periode yang sama tahun 2014.

Pada tanggal 11 Mei 2015, UT melalui anak perusahaannya, PT Karya Supra Perkasa (KSP) kembali mengakuisisi sebanyak 10.1% saham PT Acset Indonusa Tbk (“ACST”) dari dua pemegang saham ACST, yakni PT Cross Plus Indonesia dan PT Loka Cipta Kreasi, sehingga total kepemilikan saham ACST menjadi 50,1%. ACST adalah perusahaan publik di bidang jasa konstruksi dan terdaftar di BEI dengan kode perdagangan ACST.