Kamis, 25 Februari 2016

PT United Tractors Tbk (”Perseroan”) pada hari ini mengumumkan Laporan Keuangan Konsolidasian untuk tahun buku 2015. Dalam laporan tersebut, Perseroan mencatat pendapatan bersih konsolidasian mengalami penurunan sebesar 7% menjadi Rp49,3 triliun pada tahun 2015 dibandingkan Rp53,1 triliun pada tahun 2014. Karena penurunan harga batu bara yang terus berlanjut, Perseroan kembali melakukan pengujian penurunan nilai atas properti pertambangan dan aset terkait lainnya. Adanya pembebanan biaya atas kerugian penurunan nilai properti pertambangan dan aset terkait lainnya yang dibebankan pada laba setelah pajak sebesar Rp2,6 triliun, membuat laba bersih Perseroan turun sebesar 28% menjadi Rp3,9 triliun dari Rp5,4 triliun. Tanpa memperhitungkan penurunan nilai properti pertambangan dan aset terkait lainnya, laba bersih Perseroan turun 7% menjadi Rp6,4 triliun (2014: Rp6,9 triliun).

Segmen Usaha Mesin Konstruksi

Segmen usaha Mesin Konstruksi mencatat penurunan penjualan alat berat Komatsu sebesar 40% menjadi 2.124 unit, dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 3.513 unit. Penurunan penjualan alat berat tersebut terjadi di semua sektor pengguna alat berat, sehingga pasar alat berat nasional juga mengalami penurunan. Namun demikian, Komatsu mampu mempertahankan posisi sebagai market leader alat berat, dengan pangsa pasar domestik sebesar 36% (berdasarkan riset pasar internal). Di sisi lain, penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat meningkat sebesar 2% atau mencapai Rp6,1 triliun didorong oleh kebutuhan para pelanggan untuk menjaga kondisi alat beratnya. Secara total, pendapatan bersih dari segmen usaha Mesin Konstruksi mencatat penurunan sebesar 9% menjadi Rp13,6 triliun.

Segmen Usaha Kontraktor Penambangan

Bidang usaha Kontraktor Penambangan yang dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA) mencatat penurunan pendapatan bersih sebesar 9% menjadi sebesar Rp30,5 triliun, dibandingkan Rp33,5 triliun pada tahun 2014. Hasil ini disebabkan karena penurunan volume produksi batu bara sebesar 4%  menjadi 109,0 juta ton, dibandingkan 113,5 juta ton pada tahun 2014. Sementara itu, volume pemindahan tanah (overburden removal) turun sebesar 5% menjadi 766,6 juta bcm dari 806,4 juta bcm.

Segmen Usaha Pertambangan

Bidang usaha Pertambangan dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung. Penjualan batu bara pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 18% menjadi 4,6 juta ton. Hal ini menyebabkan penurunan pendapatan dari unit usaha Pertambangan sebesar 18% menjadi Rp3,8 triliun dibandingkan Rp4,7 triliun pada tahun 2014.

Segmen Usaha Industri Konstruksi

Bidang usaha Industri Kontruksi dijalankan melalui PT Acset Indonusa Tbk (“ACST”) yang diakuisisi pada tahun 2015 dengan total kepemilikan saham ACST sebesar 50,1%. ACST pada tahun 2015 membukukan pendapatan bersih sebesar Rp1,4 triliun dan mencatat laba bersih sebesar Rp42 miliar. Kinerja ACST pada tahun 2015 terutama didorong oleh kontrak baru yang diperoleh pada tahun 2014 yang hanya sebesar Rp616 miliar. Sementara itu, sepanjang tahun 2015, ACST telah mendapatkan kontrak baru sebesar Rp3,1 triliun. Beberapa proyek yang sedang dijalankan oleh ACST diantaranya adalah: proyek Thamrin Nine, apartemen West Vista, Indonesia 1, Astra Biz Centre di Bumi Serpong Damai, pintu tol Mojokerto – Kertosono, dan renovasi pintu tol Cilegon Barat.

Prospek Bisnis dan Rencana Ekspansi

Penurunan harga batu bara telah menyebabkan penurunan penjualan alat berat khususnya di sektor pertambangan, produksi batu bara dan pemindahan tanah (over burden removal). Menyikapi hal tersebut, Perseroan melakukan beberapa inisiatif guna mengurangi ketergantungan pada industri batu bara dan menyeimbangkan portofolio yang saat ini dimiliki Perseroan. Beberapa inisiatif yang dilakukan Perseroan selama tahun 2015, diantaranya adalah dengan pembentukan pilar ke-empat, yaitu Industri Konstruksi melalui akuisisi PT Acset Indonusa Tbk dan menjajaki peluang di bidang pembangkit listrik dengan melakukan kerjasama dengan Sumitomo Corporation dan Kansai Electric Power Co., Inc. untuk mengembangkan dan memperluas proyek pembangkit listrik Tanjung Jati B Unit 5 dan Unit 6 di Jepara, Jawa Tengah, dengan total kapasitas 2×1,000 MW.

Melalui upaya tersebut dan dengan kondisi fundamental keuangan Perseroan yang solid, diharapkan Perseroan dapat menciptakan pertumbuhan di masa yang akan datang dan dapat menyeimbangkan portofolio yang dimiliki Perseroan.