Senin, 27 April 2020

PT United Tractors Tbk (”Perseroan”) pada hari ini mengumumkan Laporan Keuangan Konsolidasian untuk triwulan pertama tahun 2020. Dalam laporan keuangan tersebut Perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp18,3 triliun atau turun sebesar 19% dibandingkan dengan triwulan pertama tahun 2019 sebesar Rp22,6 triliun. Hal ini dikarenakan adanya perlambatan ekonomi global dan melemahnya harga batu bara, sehingga berdampak pada pasar domestik dan membawa tantangan bagi lini bisnis Perseroan. Ditambah adanya kerugian nilai tukar mata uang asing, membuat laba bersih yang dibukukan Perseroan turun 40% menjadi Rp1,8 triliun dari sebelumnya sebesar Rp3,1 triliun.

Masing-masing segmen usaha, yaitu: Mesin Konstruksi, Kontraktor Penambangan, Pertambangan Batu Bara, Pertambangan Emas dan Industri Konstruksi secara berturut-turut memberikan kontribusi sebesar 24%, 45%, 18%, 11% dan 3% terhadap total pendapatan bersih konsolidasian.

Segmen Usaha Mesin Konstruksi
Segmen usaha Mesin Konstruksi mencatat penurunan penjualan alat berat Komatsu sebesar 48% menjadi 617 unit, dibandingkan dengan 1.181 unit pada triwulan pertama tahun 2019. Penurunan tersebut disebabkan oleh melemahnya penjualan alat berat dari sektor pertambangan dan perkebunan. Pendapatan Perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat juga turun sebesar 21% menjadi sebesar Rp1,7 triliun. Berdasarkan riset pasar internal, Komatsu tetap mampu mempertahankan posisinya sebagai market leader alat berat, dengan pangsa pasar domestik sebesar 33%.

Penjualan UD Trucks mengalami penurunan dari 161 unit menjadi 73 unit, dan penjualan produk Scania turun dari 148 unit menjadi 64 unit. Penurunan penjualan UD Trucks dan Scania dikarenakan pengaruh penurunan harga batu bara dimana kedua produk tersebut banyak digunakan di sektor pertambangan. Secara total, pendapatan bersih dari segmen usaha Mesin Konstruksi turun 36% menjadi sebesar Rp4,3 triliun dibandingkan Rp6,8 triliun pada periode yang sama tahun 2019.

Segmen Usaha Kontraktor Penambangan
Bidang usaha Kontraktor Penambangan dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Sampai dengan bulan Maret 2020, PAMA membukukan pendapatan bersih sebesar Rp8,2 triliun atau turun 14% dari Rp9,5 triliun pada periode yang sama pada tahun 2019. Sementara itu, PAMA mencatat penurunan volume produksi batu bara sebesar 9% dari 30,6 juta ton menjadi 27,9 juta ton dan volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) turun 9% dari 234,3 juta bcm menjadi 212,2 juta bcm.

Segmen Usaha Pertambangan Batu Bara
Bidang usaha Pertambangan Batu Bara dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA). Sampai dengan bulan Maret 2020 total penjualan batu bara mencapai 3,2 juta ton, termasuk di dalamnya 426 ribu ton batu bara kokas, atau meningkat 25% apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 sebesar 2,5 juta ton. Namun demikian, pendapatan unit usaha Pertambangan BatuBara turun 7% menjadi Rp3,4 triliun dikarenakan penurunan rata-rata harga jual batu bara.

Segmen Usaha Pertambangan Emas
Pertambangan Emas dijalankan oleh PT Agincourt Resources (PTAR) yang mengoperasikan tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Sampai dengan bulan Maret 2020, total penjualan setara emas dari Martabe adalah sebanyak 95 ribu ons, atau turun 9% dibandingkan 104 ribu ons di triwulan pertama tahun 2019, dengan pendapatan bersih sebesar Rp2,0 triliun. Rata-rata harga jual terealisasi untuk emas adalah USD1.448 per ons, dibandingkan USD1.306 per ons pada periode yang sama tahun 2019.

Segmen Usaha Industri Konstruksi
Bidang usaha Industri Konstruksi dijalankan oleh PT Acset Indonusa Tbk (ACSET). Sampai dengan bulan Maret 2020, ACSET membukukan pendapatan bersih sebesar Rp475 miliar, turun dari sebelumnya sebesar Rp802 miliar pada periode yang sama tahun 2019. ACSET juga mencatat rugi bersih sebesar Rp124 miliar dari sebelumnya mencatat rugi bersih sebesar Rp91 miliar pada periode yang sama tahun 2019. Hal ini dikarenakan bertambahnya biaya atas keterlambatan proyek berjalan dan peningkatan biaya keuangan akibat mundurnya penerimaan pembayaran proyek contractor pre-financing (CPF).

Segmen Usaha Energi
PT Bhumi Jati Power (BJP) yang 25% sahamnya dimiliki oleh anak perusahaan Perseroan saat ini sedang membangun pembangkit listrik tenaga uap berkapasitas 2×1.000 MW di Jepara, Jawa Tengah. Hingga triwulan pertama tahun 2020, progres pembangunan konstruksi proyek ini telah mencapai 92% dan dijadwalkan akan memulai operasi secara komersial pada tahun 2021. BJP merupakan perusahaan patungan bersama antara anak usaha Perseroan, Sumitomo Corporation dan Kansai Electric Power Co Inc.